POLITICAL ECONOMY
POLITICAL ECONOMY
Oleh : Ratna Noviani S.IP. M.Si
Istilah political economy atau ekonomi politik secara umum digunakan untuk mendeskripsikan hubungan antara sistem ekonomi, sistem politik dan sistem komunikasi dalam struktur kapitalisme global. Tradisi ekonomi politik diantaranya berakar dari ekonomi politik Adam Smith, David Ricardo dan John Stuart Mill; dan ekonomi politik radikal dari Karl Marx. Karya-karya mereka mulai dari akhir abad 18 hingga akhir abad 19 mencoba untuk memahami fase kapitalisme industrial.
Pada akhir abad 19, ekonomi politik klasik memberi jalan bagi pendekatan neoklasik yang menghilangkan pertimbangan politik dan moral dari studi ekonomi dengan tujuan untuk memapankan disiplin tersebut seperti tradisi ilmu alam pada umumnya. Pola ini kemudian diikuti oleh berbagai disiplin ilmu yang lain termasuk studi komunikasi. Pada akhir 1950an, upaya untuk membuat studi komunikasi menjadi sebuah ilmu telah meminggirkan pemikiran dan analisis kritis tentang institusi dan organisasi media. Meskipun demikian, semakin banyak pula ilmuwan komunikasi yang mempertanyakan tentang kontrol sistem komunikasi dan informasi seiring dengan perubahan sosial politik yang terjadi pada akhir 1950an dan 1960an. Pada 1970an, muncul kepentingan yang diperbaharui, yang banyak ditemukan dalam karya Aliran Frankfurt tentang industri budaya dan terinspirasi dari munculnya ekonomi politik kritis tentang komunikasi sebagai pendekatan khusus dalam teori komunikasi massa.
Sebagian besar pemikir ekonomi politik berangkat dari kritik Marx terhadap kapitalisme. Marx menunjukkan bagaimana logika kapital membentuk reproduksi eksistensi manusia dengan cara tertentu. Studi ekonomi politik mengkaji cara-cara di mana logika kapital mempengaruhi struktur dan output dari industri informasi dan budaya. Misalnya, Marx mengatakan bahwa kapitalisme memiliki kecenderungan yang inheren untuk melakukan konsentrasi. Hal ini berkaitan dengan logika kapitalis yang selalu berusaha untuk mengontrol pasar melalui integrasi horizontal dan vertikal dengan tujuan untuk memaksimalkan profit. Upaya untuk mengejar keuntungan tersebut sangat mempengaruhi bentuk dan substansi dari media. Seperti praktik oligopoly pada umumnya, media sebagai industri budaya mencoba untuk memanipulasi permintaan konsumen melalui investasi besar dalam pemasaran dan promosi. Meskipun demikian, permintaan akan produk-produk informasi dan budaya juga semakin kuat mempengaruhi pasar dibandingkan permintaan akan barang-barang konsumsi dasar. Oleh karena itu, untuk meminimalkan resiko ekonomi, industri budaya cenderung melakukan imitasi, serial, dan strategi-strategi lain untuk menarik khalayak yang ada. Selain itu, industri budaya yang tergantung pada iklan harus memproduksi isi media yang mampu menarik perhatian khalayak seperti yang diharapkan oleh pengiklan (yaitu mereka yang punya kemampuan untuk membeli). Akibatnya, output informasi maupun budaya menjadi semakin homogen dan didistribusikan secara global.
Kajian ekonomi politik memiliki perbedaan dari ilmu ekonomi mainstream, yaitu:
1. Ekonomi politik merupakan pendekatan yang bersifat holistic
2. Ekonomi politik bersifat historical
3. Ekonomi politik secara sentral memfokuskan diri pada keseimbangan antara industri kapitalis dengan intervensi publik
4. Ekonomi politik mengkaji hal-hal di luar isu-isu teknis efisiensi dan lebih banyak mengkaji pertanyaan-pertanyaan moral seperti keadilan, keseimbangan dan kebaikan publik.
Sementara itu, ilmu ekonomi mainstream melihat ekonomi sebagai wilayah yang terpisah dan tersendiri. Ekonomi politik kritis tertarik dengan saling pengaruh mempengaruhi antara organisasi ekonomi dan politik maupun antara kehidupan sosial dan budaya. Dalam kaitannya dengan media sebagai industri budaya, ekonomi politik secara khusus memfokuskan diri pada upaya untuk melacak pengaruh dinamika ekonomi pada berbagai ekspresi budaya publik yang beraneka ragam dan ketersediaannya bagai kelompok sosial yang berbeda.
Kajian ekonomi politik pada dasarnya dibagi dua yaitu ekonomi politik liberal dan ekonomi politik kritis.
• Ekonomi politik liberal memfokuskan diri pada pertukaran pasar di mana konsumen memilih komoditi yang saling bersaing di pasar. Mereka mengkonsumsi komoditi atas dasar kegunaan dan kepuasan yang ditawarkan oleh komoditi tersebut. Semakin besar kekuatan pasar maka semakin besar pula kebebasan konsumen untuk memilih. Individu dianggap memiliki kedaulatan dalam kapitalisme. Tokoh dari ekonomi politik liberal adalah Adam Smith. Pada intinya, ekonomi politik liberal mengharapkan adanya kompetisi yang bebas di pasar, karena kesejahteraan sosial akan diwujudkan oleh pasar. Untuk mewujudkan kompetisi bebas, mereka menerapkan program-program privatisasi yang dirancang untuk meningkatkan pilihan konsumen dengan cara memperluas skala dan ruang lingkup mekanisme pasar.
• Ekonomi politik kritis berangkat dari pemikiran Karl Marx yang tidak memfokuskan diri pada pertukaran pasar tetapi pada organisasi kepemilikan dan produksi, baik dalma industri budaya (media) maupun industri secara umum. Para pemikir ekonomi politik tidak menyangkal bahwa produsen dan konsumen budaya memiliki pilihan secara terus menerus, namun tindakan mereka dalam memilih berada dalam struktur yang lebih besar. Ekonomi politik kritis berangkat dari kajian tentang relasi-relasi sosial dan permainan kekuasaan. Misalnya, para pemikir ekonomi politik kritis lebih banyak mengkaji tentang bagaimana makna-makna pada setiap level dibentuk dan dipahami dalam relasi sosial yang asimetris. Dimulai dari cara berita disusun dalam relasi yang terjadi antara pemilik media, editor atau jurnalis dan sumbernya, sampai pada cara menonton televisi yang dipengaruhi oleh organisasi kehidupan domestik dan relasi kekuasaan dalam keluarga. Ekonomi politik kritis selalu mengkaji bagaimana konteks mikro dibentuk oleh dinamika ekonomi seara umum dan struktur-struktur yang lebih luas. Secara khusus kajian ini melihat bagaimana aktivitas komunikatif disusun melalui distribusi yang tidak seimbang antara sumberdaya material dan simbolik.
Ada empat proses sejarah yang menjadi sentral dari ekonomi politik kritis tentang budaya yaitu (1) perkembangan media; (2) perluasan jangkauan perusahaan; (3) komodifikasi; (4) peran negara dan intervensi pemerintah yang berubah
Menurut Thompson, proses transmisi bentuk-bentuk simbolik semakin dimediasikan melalui instrumen-instrumen teknis dan institusional dari industri media, sehingga tidak mengherankan jika perkembangan industri media maju pesat. Hal ini menyebabkan perusahaan media memiliki jangkauan yang semakin luas. Perusahaan media mendominasi landskap budaya setidaknya dengan dua cara (1) proporsi dari pruduksi budaya yang semakin meningkat sebagai akibat dari konglomerat media yang memiliki kepentingan di berbagai sektor mulai dari suratkabar dan majalah, hingga televisi, film, musik dan taman bermain (theme park). (2) Perusahaan yang tidak secara langsung terlibat dalam industri budaya sebagai produsen, bisa menjalankan kontrol yang besar atas arah aktivitas budaya melalui peran mereka sebagai pengiklan dan sponsor. Keberlangsungan hidup finansial dari penyiaran komersial sebagian besar adalah dari iklan.
Semakin luasnya jangkauan perusahaan memperkuat proses komodifikasi kehidupan budaya. Komoditi adalah barang yang diproduksi untuk dipertukarkan dengan mekanisme harga. Perusahaan komunikasi komersial selalu berada dalam bisnis produksi komoditi. Pertama aktivitas perusahaan tersebut adalah memproduksi komoditi simbolik yang bisa dikonsumsi secara langsung seperti novel, suratkabar atau pementasan. Namun, munculnya teknologi domestik barau seperti telepon, vcd, cd mendorong konsumen untuk membeli mesin-mesin khusus agar mereka tetap bisa mengkonsumsi budaya. Akibatnya, muncul ketidakseimbangan konsumsi. Individu yang memiliki pendapatan tinggi cenderung lebih banyak mengkonsumsi budaya karena mereka mampu membeli hardwarenya. Dengan kata lain, pilihan komunikatif menjadi semakin banyak bagi mereka yang memiliki daya beli yang tinggi.
Cara utama untuk mengcounter komodifikasi aktivitas komunikatif adalah dengan menyelenggarakan aktivitas komunikatif untuk publik, yang bebas dari iklan dan dibiayai melalui pajak. Upaya-upaya untuk mempersempit wacana dan representasi publik merupakan proses histories di mana negara dalam masyarakat kapitalis dianggap memiliki peran yang semakin besar untuk mengatur aktivitas komunikasi. Dalam pandangan ekonomi politik klasik/liberal, intenvensi publik terhadap industri/pasar seharusnya diminimalisir dan kekuatan pasar diberi kebebasan beroperasi seluas mungkin. Namun, meskipun demikian Adam Smith juga melihat bahwa kebaikan publik tidak serta merta muncul karena semua individu memiliki kebebasan untuk memilih. Ia juga melihat bahwa perusahaan swasta tidak akan menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat yang baik. Oleh karena itu, Adam Smith menyarankan adanya intervensi publik dalam beberapa hal, khususnya untuk meningkatkan pengetahuan publik dan menyediakan hiburan yang bermanfaat. Sementara, ekonomi politik kritis melihat bahwa ada distorsi dan ketidakadilan pada sistem pasar dan menganggap bahwa defisiensi tersebut hanya bisa diperbaiki melalui intervensi publik. Pendekatan ini, selalu menghubungkan antara masyarakat yang baik dengan perluasan hak-hak warganegara.
Ada tiga wilayah yang bisa dianalisis untuk melihat ekonomi politik di bidang komunikasi, yaitu:
1. Produksi budaya dan informasi
• Untuk melihat pola kepemilikan dan konsekuensinya untuk melakukan kontrol terhadap media
• Power abuse oleh pemilik media
• Untuk mengetahui bahwa keanekaragaman produk budaya ternyata rendah karena adanya konglomerasi
2. Teks media
• Bahwa teks media berperan untuk mempertahankan dominasi. Teks media merupakan mekanisme untuk meregulasi public discourse
• Teks media cenderung mempromosikan produk budaya tertentu dan memarjinalkan produk budaya yang lain (misal amerikanisasi)
3. Konsumsi budaya
• Kedaulatan (sovereign) atau pertarungan (struggle)
• Kekuatan material akan menentukan konsumsi budaya
0 Comments:
Post a Comment
<< Home