Wednesday, February 16, 2005

Representasi Machoisme dalam Film Hollywood

Representasi Machoisme dalam Film Hollywood
Oleh : Fajar Junaedi S.Sos, M.Si

Film Hollywood dengan segala macam genrenya sat ini menjadi raja perfilman dunia, di mana film produksi Hollywood dengan secara ekstensif dan serempak pula secara intensif menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Sekaligus pula, film Hollywood mampu menjadikan dirinya sebagai trendsetter dalam perfilman.
Di akhir dekade 1970-an, film produksi Hollywood memperkenalkan perspektif baru dalam merepresentasikan laki-laki. Setelah sebelumnya laki-laki ditampilkan sebagi koboi, mata-mata, detektif atau ilmuwan muda berbakat, maka era tersebut menggambarkan laki-laki sebagai kelas pekeja, yang berasal dari kaum kulit putih. Film-film seperti Saturday Night Fever, Blue Collar, Bloodbrothers, Rocky I dan II, Paradise Alley, FIST dan sebagainya dengan secara jelas merepresentasikan petanda ini.
Berbeda dengan film-film yang diproduksi di tahun 1950-an yang menampilkan laki-laki dalam situasi yang stabil yang mederat terhadap aturan sosial. Kehidupan seksual mereka juga ditandai dengan kehidupan heteroseksual. Tahun 1960-an laki-laki yang ditampilkan dalam film Hollywood diwarnai dengan kehidupan laki-laki yang gemerlap serta kekerasan yang mereka lakukan.
Perang Vietnam dan skandal Watergate membuka wacana baru dalam representasi laki-laki dalam film Hollywood. Film The Godfather membangkitkan kembali pesona patriarki di mana keluarga direstorasi dan komunitas diciptakan ulang. Namun demikian kesemuanya masih dalam kungkungan dunia laki-laki, bukan karena perempuan dieksklusi, namun karena laki-laki dipercaya masih mampu mengatur semua hal.
Lebih lanjut, otoritas dipercayai untuk dipegang oleh laki-laki yang kuat dan laki-laki yang masih berusia muda harus menguji kekuatannya agar diakui oleh komuitasnya. Namun pada saat yang bersamaan, The Godfather memperkenalkan ambivilensi Hollywood terhadap latar belakang patriarki dan etnisitas serta maskulinitas yang mungkin ditampilkan.
Ada dua pendekatan terhadap film Hollywood seperti yang telah dicontohkan di atas. Pendekatan pertama melihatnya sebagai bentuk dari realisme sosial. Kemudian pertanyaannya adalah akurasi atau ketepatan korespodensi : untuk perluasan apa kelas pekerja ditampilkan dalam film ini berkaitan dengan pengalaman kritis atau imaginasi ? kelompok apa yang telah dieksklusikan ? Apa yang sebenarnya dan tidak sebenranya benar-benar terjadi ? Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk untuk menemukan kelas pekerja “yang sebenarnya”, dan kemudisn ini juga sering dinamakan sebagai proyek representasi.
Pendekatan kedua mencoba melihat film yang berasal dari Hollywood berguna sebagai kontrol sosial, di mana teks yang ditampilkan dalam film Hollywood dipahami sebagai alat untuk melakukan fungsi pengawasan sosial oleh kelas dominan, yang tentu saja adalah para pemodal dan pemerintah. Film Rocky misalnya menggambarkan laki-laki Amerika yang ideal yang dapat menaklukan seorang petinu dari Uni Sovyet yang saat itu merupakan rival terkuat Amerika Serikat. Film Top Gun juga berusaha untuk membujuk generasi muda Amerika untuk bergabung dengan Angkatan Bersenjata, suatu hal yang dibenci oleh generasi muda Amerika pasca-Perang Vietnam.

Referensi Utama
Biskin, Peter dan Ehrenreich (1990), “Machismo and Hollywood’s Working Class”, dalam Lazere, Donald [ed]. American Media and Mass Culture, Left Perspectives. Barkeley, University of Califoria Press hal.201 – 215

0 Comments:

Post a Comment

<< Home